Senin, 29 Februari 2016

Tarian Maengket

Tarian satu ini merupakan salah satu tarian tradisional dari masyarakat Suku Minahasa di Sulawesi Utara. Namanya adalah Tari Maengket.

Apakah Tari Maengket itu?


Tari Maengket adalah salah satu tarian tradisional masyarakat Minahasa yang tinggal diSulawesi Utara. Tarian ini biasanya dilakukan secara masal (penari dengan jumlah yang banyak), baik penari pria maupun penari wanita. Tari Maengket ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Sulawesi Utara dan masih terus dipertahankan sampai sekarang. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara seperti panen raya, upacara adat, penyambutan, pertunjukan seni dan lain-lain.

Sejarah Dan Perkembangan Tari Maengket

Menurut sejarahnya, Tari Maengket sudah ada sejak masyarakat Minahasa mengenal pertanian, terutama menanam padi di ladang. Pada zaman dahulu, Tari Maengket ini ditampilkan untuk memeriahkan upacara panen raya sebagai ungkapan rasa syukur dan gembira terhadap Tuhan atas hasil panen yang mereka dapatkan.

Pada zaman dahulu gerakan Tari Maengket ini masih menggunakan gerakan-gerakan yang sederhana. Sedangkan pada saat ini Tari Maengket sudah berkembang baik dalam segi tarian dan bentuk pertunjukan, namun tidak meninggalkan keasliannya. Selain itu tarian ini tidak hanya ditampilkan saat acara panen padi saja, namun juga ditampilkan di berbagai acara seperti acara adat, acara penyambutan, pertunjukan seni, festival budaya, bahkan menjadi salah satu daya tarik wisata bagi para wisatawan yang datang ke sana.

Fungsi Dan Makna Tari Maengket

Seperti yang dikatakan sebelumnya, Tari Maengket ini dulunya ditampilkan untuk memeriahkan upacara panen raya masyarakat Minahasa. Tarian ini dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan kebahagiaan masyarakat atas hasil panen yang mereka dapatkan. Namun apabila melihat bentuk pertunjukan atau gerak Tari Maengket pada masa sekarang ini, tidak hanya menggambarkan ungkapan rasa syukur namun juga menggambarkan kehidupan masyarakat Minahasa sehari-harinya. Nama Tari Maengket sendiri diambil dari kata “engket” yang dalam bahasa setempat berarti mengangkat tumit kaki naik turun. Dengan tambahan “ma” pada kata engket ini bisa diartikan menari dengan naik turun.

Pertunjukan Tari Maengket

Tari Maengket biasanya dilakukan secara masal atau dilakukan dengan jumlah penari banyak. Tarian ini biasanya dimainkan oleh penari pria dan wanita secara berpasangan serta dipimpin oleh satu orang wanita. Dalam pertunjukannya, penari menari dengan gerakannya yang khas serta menyanyikan lagu-lagu adat dan diringi musik pengiring.

Dalam pertunjukannya, Tari Maengket terdiri dari 3 babak yaitu Maowey KamberuMarambakdan Lalayaan. Pada babak Maowey Kamberu menggambarkan ungkapan rasa syukur atas panen mereka yang melimpah. Kemudian pada babak Marambak menggabarkan semangat gotong royong masyarakat Minahasa. Sedangkan pada babak Lalayaan menggambarkan pemuda dan pemudi Minahasa dalam mencari jodoh atau bisa disebut juga dengan tari pergaulan muda-mudi Minahasa pada zaman dahulu.

Pengiring Tari Maengket

Dalam pertunjukan Tari Maengket biasanya hanya diiringi dengan iringan musik tambur. Namun ada juga yang menggunakan musik tradisional lain sebagai tambahan atau variasi seperti alat musik Tifa dan Kolintang. Untuk irama yang dimainkan biasanya mengikuti gerakan tari dan lagu adat yang dinyanyikan oleh para penari.

Kostum Tari Maengket

Kostum yang digunakan para penari dalam pertunjukan Tari Maengket biasanya menggunakan pakaian adat. Para penari wanita biasanya menggunakan busana seperti kebaya dan kain panjang khas Sulawesi Utara. Pada bagian rambut biasanya digelung atau dikonde. Sedangkan untuk penari pria biasanya menggunakan baju lengan panjang, celana panjang, dan penutup kepala khas Sulawesi Utara.

Untuk pemimpin tari biasanya menggunakan busana yang hampir sama dengan penari wanita. Namun ditambahkan beberapa kreasi seperti corak atau warna yang berbeda agar bisa membedakan. Untuk semua penari biasanya membawa sapu tangan yang akan digunakan untuk menari.

Pada pertunjukan Tari Maengket sekarang ini, kostum yang digunakan biasanya lebih bervariasi. Bahkan ada beberapa kelompok yang mengkreasikan kostum mereka dengan gaya modern, namun tidak meninggalkan kesan adat atau tradisionalnya. Hal ini tentu dilakukan sebagai pengembangan agar penampilannya terlihat menari.

Sekian pengenalan tentang “Tari Maengket Tarian Tradisional Dari Sulawesi Utara”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang kesenian tradisional di Indonesia.


YUK CINTAI DAN LESTARIKAN KESENIAN TRADISIONAL DI INDONESIA

Tari Maengket
https://www.youtube.com/watch?v=_qIdBqUx6ac

Atraksi Wisata Sulawesi Utara

 Atraksi Alam, terdiri dari :
Kepulauan : Kota Manado mempunyai 3 (tiga) wilayah pulau yang berpenghuni, yaitu pulau Manado Tua, pulau Bunaken, dan pulau Siladen. Luas dan panjang garis pantai dari masing-masing pulau tersebut, yakni pulau Manado Tua luasnya 1.028, 27 hektar dengan garis pantai 12.174 meter, pulau Bunaken luasnya 804, 56 hektar dengan garis pantai 17.079 meter, dan pulau Siladen luasnya 49,48 hektar dengan garis pantai 2,928 meter. Ketiga pulau tersebut memiliki taman laut yang sudah terkenal didunia dengan kekayaan alamnya dan keindahan kehidupan di bawah laut disertai flora dan fauna khas dan bervariasi.
  • Laut : Perairan laut Kota Manado kaya dengan habitat mangrove, padang lamun, dan terumbu karang sebagai tempat hunian berbagai jenis vertebrata dan invertebrata laut juga biota laut lainnya yang dihuni oleh beraneka macam ikan yang jumlahnya mencapai lebih dari 2.000 jenis, seperti jenis ikan napoleon dan jenis ikan purba yaitu ikan raja laut (coellacanth).
  • Flora Dan Fauna : Wilayah Kota Manado khususnya di daerahdataran tinggi sekitar 100 s/d 500 m, ditumbuhi tanaman kelapa, bambu, mangga hutan, pandan hutan, woka hutan, lengkuas hutan, kayu sirih, tagalolo, kayu kambing, dan semak alang-alang. Jenis tumbuhan pohon palma, pohon sagu, pohon silar, bunga-bungaan, umbi-umbian, dan rumput-rumputan banyak terdapat di daerah dataran rendah. Dunia binatang terdiri dari hewan piaraan, seperti anjing, babi, kambing, ayam, bebek, dan jenis unggas lainnya. Sedangkan hewan liar, seperti ular patola, yaki (kera hitam), kuskus, soa-soa, burung hantu, burung elang tikus, burung kowak-kowak, dan berbagai jenis burung lainnya serta aneka serangga dan kelelawar banyak terdapat di daerah dataran tinggi dan daerah kepulauan.
  • Sungai : Dari wilayah pegunungan Kota Manado mengalir 5 (lima) sungai yang cukup besar melintasi dataran rendah dan bermuara di teluk Manado, yaitu sungai Tondano, sungai Tikala, sungai Bailang, sungai Sario, dan sungai Malalayang.
  • Hutan : Hutan di Kota Manado terdiri dari hutan lindung yang terdapat di puncak gunung Tumpa dan puncak gunung pulau Manado Tua yang berfungsi sebagai pensuplai air bagi penduduk serta sebagai penyangga dari kemungkinan meluasnya daerah kritis dan menjaga kelestarian Taman Laut Bunaken. Hutan mangrove terdapat di daerah pantai Molas, pulau Manado Tua, pulau Bunaken, dan pulau Siladen sebagai ekosistem pesisir yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan hidup berbagai biota laut.
  • Bentang Alam : Keadaan alam wilayah Kota Manado, yaitu morfologi pedataran kemiringan lereng 0-5% menempati daerah pantai dan muara sungai, ketinggian antara 0-25 m di atas permukaan laut. Lebar dataran dari sekitar 10 m hingga 2.500 m dari garis pantai ke arah daratan. Morfologi perbukitan bergelombang, kemiringan lereng berkisar 5-15 %, dibeberapa tempat > 30 % ketinggian antara 0-200 m di atas permukaan laut mengisi pantai belakang. Morfologi perbukitan terjal, kemiringan lereng antara 15-70 % hingga lebih dari 70 %, ketinggian berkisar 0-1.500 m di atas permukaan laut.
  • Iklim : Kota Manado memiliki musim penghujan dan musim kemarau dengan banyak cahaya matahari disertai tiupan angin yang sepai-sepoi serta hawa yang sejuk. Pada bulan oktober hingga bulan maret tahun berikutnya merupakan musim penghujan. Sedangkan musim kemarau mulai bulan april hingga bulan september. Suhu udara pada musim dingin mencapai 30° c dan pada musim panas mencapai 32°c. Curah hujan mencapai 2.669 mm dengan perhitungan curah hujan rata-rata satu hari mencapai 16.475 mm. Keadaan angin dipengaruhi oleh angin muson sehingga tergolong beriklim tropis dengan suhu rata-rata antara 22,5 s/d 30°c pada bulan nopember, desember sampai bulan april yang merupakan bulan basah dengan bertiup angin barat yang kering sehingga pantai Manado bergelombang. Pada bulan mei sampai oktober bertiup angin dari arah selatan dan tenggara. Pada pagi hari matahari selalu memancarkan panorama sunrise dan panorama sunset di sore hari. Sedangkan pada malam hari, ketika saatnya tiba, langit senantiasa diterangi oleh cahaya bulan purnama dikelilingi cahaya bintang bertaburan.
2. Atraksi Seni Budaya, berupa :
  • Seni Musik : Terdiri dari seni suara (lagu) dan seni alat musik (musik instrumentalia). Alat musik(musik instrumentalia), yaitu : Musik kolintang dan musik bambu seng-klarinet (etnisMinahasa); serta musik bambu melulu, musik bia, dan musik oli(etnis Satal).
  • Seni suara (lagu) : Lagu-lagu daerah dari Etnis Minahasa, Etnis Sangihe dan Talaud, dan Etnis Bolaang Mongondouw.
  • Seni Tari :Etnis Minahasa, antara lain tari maengket, mahambaBantik, cakalele, kabasaran, dan tari kreasi baru seperti tari jajar (pergaulan), tari tumetenden (cerita rakyat tentang tujuh bidadari), tari lenso (percintaan), dan memetik cengkeh; Etnis Satal, antara lain  tari salo, gunde, bengkok, upase, alabadiri, dan tari kreasi baru seperti tari kakalumpang, madunde, empat wayer, dan toumatiti; dan Etnis Bolmong, antara lain tari kabela, kalibombang, dan tayok.
  • Seni Rupa :Terdiri dari seni lukis, seni pahat, seni ukir, dan seni anyam-anyaman dimana sangat terkait erat dengan kerajinan tangan rakyat.
3. Atraksi Event, berupa :
  • Festival Figura Manado Sebagai kesenian rakyat, figura berasal dari Bahasa Latin yaitu Figur atau sosok. Figura telah muncul beberapa ratus tahun lalu dijazirah pesisir TelukManado. Ditilik dari perjalannya figura merupakan seni budaya yang diadopsi dari Kesenian Yunani Klasik. Seni ini lebih dekat dengan seni pantomim atau seni menirukan laku atau watak dari sesorang tokoh yang dikenal atau diciptakan. Kesenian ini dibawa oleh pelaut Spanyol (conquistadores) yang singgah dan tinggal disekitar pelabuhan Teluk Manado. Figura merupakan kesenian yang dapat menghadirkan dramaturgi pendek terhadap sosok atau perilaku tokoh-tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik buruk sosok dan watak manusia. Festival Figura Manado oleh masyarakat Kota Manado diselenggarakan dalam rangka pesta kunci taong (tahun) atau minggu terakhir bulan Januari setiap tahun dan dilombakan dengan sajian figur dalam rangkaian cerita berupa komedi atau targedi melalui dioalog ataupun pantomim. Tempat pelaksanaannya di sepanjang jalan Boulevard Manado.
  • Festival Pante Manado Dan Manado Expo Festival Pante Manado Dan Manado Expo diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Manado bekerjasama dengan Usaha Industri Pariwisata Kota Manado dalam rangkaian memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Manado pada bulan Juli setiap tahun. Festival Pante Manado Dan Manado Expo merupakan sarana pemasaran dan promosi produk unggulan daerah Kota Manado serta informasi pembangunan daerah Kota Manado, seperti pariwisata, industri, perdagangan, koperasi dan UKM serta peluang investasi; dengan kegiatan, yakni atraksi dan hiburan pariwisata, pameran dagang, aneka lomba dan pertandingan, aneka games, forum bisnis, dan seminar.
  • Pemilihan Nyong Dan Nona Manado Pemilihan Nyong Dan Nona Manado dilaksanakan dalam upaya mencari duta-duta pariwisata Kota Manado yang nantinya akan mempromosikan potensi pariwisata Kota Manado baik didalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari kegiatan Festival Pante Manado dan Manado Expo dalam rangkaian memperingati HUT Kota Manado pada bulan Juli setiap tahun.
  • Upacara Adat :
  1. Mekiwuka : Atau upacara adat memasuki tahun baru, biasanya disebut Kunci Taong/Buka Taong, yakni permohonan kepada Tuhan agar dibukakan jalan untuk memperoleh banyak berkat dalam menjalani tahun yang baru. Upacara Adat ini, semula berkembang dilingkungan komunitas orang Minahasa dan Borgo, biasanya dirangkaikan dengan  atraksi budaya yang disebut cakaiba/sakaiba/figura (sejenis teater rakyat) dan digelar pada minggu ke empat bulan Januari setiap tahun;
  2. Maramba : Orang Manado menyebutnya, Nae Rumah Baru, yakni upacara peresmian rumah/gedung baru. Upacara adat Maramba ini, berkembang dari komunitas orang Minahasa;
  3. Pengucapan Syukur : Dulu dikenal dengan Makamberu / Maowey Kamberu di kalangan orang Minahasa, yakni upacara syukur atas panen padi baru. Di lingkungan orang Manado, upacara adat ini telah berkembang menjadi pesta pengucapan syukur, sebagai bagian dari upacara keagamaan di kalangan umat kristiani;
  4. Tulude : Atau upacara syukur memasuki tahun baru yang disimbolkan dengan pemotongan kue “tamo”, dan dirangkaikan dengan atraksi budaya seperti pertunjukan tari gunde, tari alabadiri, masamper, dan ampawayer. Upacara adat ini berkembang di lingkungan orang Sangihe dan Talaud di Manado dan biasa digelar pada tanggal 31 Januari setiap tahun.
  5. Toa Pe Kong : Sebagai bagian dari upacara agama Kong Futsu, yang berkembang di kalangan orang Cina yang biasa digelar pada bulan Pebruari setiap tahun.
  • Peristiwa Khusus :
  1. Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Manado : Pada bulan Juli setiap tahun, Pemerintah dan masyarakat Kota Manado memperingati HUT Kota Manado. Kegiatan memperingati HUT Kota Manado, meliputi Kesenian, yaitu lomba koor antar Dinas dilingkungan Pemerintah Kota Manado dan pesta rakyat; Olah Raga, yaitu pertandingan beberapa cabang olah raga antar Dinas dilingkungan Pemerintah Kota Manado; Event, yaitu Festival Pante Manado Dan Manado Expo, Pemilihan Nyong dan Nona Manado, Upacara bendera, dan Sidang Pleno Istimewa DPRD Kota Manado; juga dimeriahkan dengan pemasangan umbul-umbul dan pembuatan gapura-gapura diseluruh wilayah Kota Manado. Disamping itu beberapa kelompok masyarakat serta perusahaan  swasta Kota Manado menggelar berbagai pertandingan, lomba, kontes dan kegiatan serupa secara spontan guna memeriahkan HUT Kota Manado;
  2. Bulan Kemerdekaan RI : Bulan Agustus adalah bulan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia termasuk masyarakat Kota Manado, karena pada bulan ini tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkan Proklamsi Kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap tahun pemerintah dan masyarakat Kota Manado memperingati hari kemerdekaan dengan berbagai bentuk kegiatan, antara lain pertandingan, lomba-lomba seperti panjat pinang dan pesta rakyat . Diseluruh wilayah Kota Manado dihiasi bendera Merah Putih yakni Bendera kebangsaan RI, Umbul-umbul warna-warni, spanduk-spanduk berslogan, gapura-gapura serta pemasangan lampu hias. Semuanya itu menambah semarak dan memperindah Kota Manado disamping merupakan suatu pernyataan ungkapan persatuan dan kesatuan serta wujud semangat dan rasa patriotik dalam konsep ’Torang Samua Basudara Kong Baku-Baku Bae’.
  3. Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Sulawesi Utara : Pada bulan September setiap tahun, Pemerintah dan masyarakat Provinsi Sulawesi Utara memperingati HUT Provinsi Sulawesi Utara. Kegiatan memperingati HUT Provinsi Sulawesi Utara, antara lain upacara bendera, pameran pembangunan, festival bunaken dan north sulawesi expo termasuk karnaval budaya, seni dan olah raga, dan lain-lain. (Oleh : Rafans Manado),-

Arti Lambang Kota Manado




Bentuk serta arti lambang Kota Manado adalah : berbentuk perisai, yang memiliki delapan sub bentuk serta sejumlah makna yang menjadi ciri khas di seputaran kehidupan warga dan melambangkan arti dari nasionalis.
Burung Manguni dalam sikap terbang melambangkan kebudayaan asli suku Minahasa.
Bungken atau tombak berikatan pita merah bertuliskan ‘Sitou Timou Tumou Tou’ yang artinya Manusia Hidup Untuk Memanusiakan Orang Lain.
Di bagian bawahnya nampak gambar laut, melambangkan Kota Manado merupakan bandar pelabuhan dan perdagangan, tombak bertiga puncak melambangkan ketiga “pakasaan” yang merupakan asal usul Kota Manado yaitu: Pakasaan Ares, Pakasaan Wenang, Titiwungen, dan Pakasaan Singkil.
Empat garisan gelombang melambangkan suku-suku Sangihe Talaud, Minahasa, Bolaang Mongondow, dan Gorontalo yang merupakan unsur utama penduduk Sulawesi Utara (Sulut) dengan Kota Manado sebagai Ibukota Propinsi Sulut dan pegunungan melambangkan keadaan bumi Kota Manado.
Pohon kelapa kanan, berpelapah sembilan buah dengan helai daun masing-masing daun lima buah melambangkan Proklamasi Indonesia 1945. Kelar-kelar pohon kelapa empat belas banyaknya pohon kelapa, dua buah dan pohon kelapa kiri berpelepah delapan dengan lima helai daun masing-masing dari satu pelepah yang ujung dengan enam helai daun disertai kedua bendera merah putih pada kiri kanannya, ke semuanya melambangkan Aksi Merah Putih 14 Februari 1946 yang bermaksud mempertahankan Kedaulatan Negara Proklamasi 1945. Sementara, pohon kelapa dengan masing-masing mempunyai lima buah melambangkan Pancasila. Batang melambangkan Pancasila selaku dasar dan tujuan dari pola petahanan dan penyelenggaraan Kota Manado.
Sedangkan secara terperinci, lambang Kota Manado yaitu mulai dari pita dan sayap manguni melengkung teratur dan hampir parallel menghadap ke atas, garis putih memisahkan ujung sayap manguni dan bagian darat di bawah bendera, garis putih pula memisahkan ke empat bukit pada sebelah atasnya disertai garis putih lurus mendatar pada bagian kaki bukit.
Gelombang empat buah berbiga alir arah ke atas dengan puncak alunan mengarah ke puncak tombak bagian atasnya, gelombang empat buah berbiga alir arah ke atas dengan puncak, alunan mengarah ke puncak tombak bagian atasnya, dasar pohon kelapa melengkung ke bawah di atas puncak tombak di bagian tanah, pohon-pohon kelapa melengkung arah ke luar secara simetris, keempat pasang pelepahnya sebelah menyebelah melengkung arah ke bawah secara teratur, sedang pelepah ujungnya tegak ke atas dengan pelepah arah ke dalam.
Sementara bendera melengkung dari atas arah keluar, pada mata tombak melengkung keluar pada bagian bawahnya, kelapa tiang bendera bulat panjang serta mendatar. 

Kesenian Sulawesi Utara

Tarian Tradisional

Untuk melihat atau mempelajari pertunjukan tarian tradisional dan musik dari Minahasa, serta dari daerah lainnya di provinsi Sulawesi Utara, Anda dapat mengunjungi Pusat Kebudayaan Manado (lihat Tempat Menarik, di sebelah kiri).

Ada sejumlah tarian tradisional Minahasa. Berikut adalah beberapa diantaranya:

KABASARAN

Tarian tradisional Minahasa ini, sama seperti tarian dari Indonesia Timur lainnya. Kabasaran biasanya ditampilkan oleh 30 orang atau lebih. Pada zaman dahulu, tarian ini dilakukan sebelum berangkat perang.

Tari Kabasaran terdiri dari tiga bagian: Cakalele, Lumoyak, dan Lalaya’an. Sekarang, tarian perang ini dipertunjukan untuk menyambut tamu-tamu lokal, domestik, atau internasional, dan juga dalam acara-acara besar di Sulawesi Utara. Di Tomohon, ada kelompok penari Kabasaran bernama “Tumou Tou Lestari”.

Penari sedang melakukan pertunjukan dalam Festival Bunga Tomohon di Tomohon (gambar di atas). Lihat di bawah untuk informasi lebih lanjut mengenai Festival Bunga.

Lihat tarian Kabasaran:
 www.youtube.com

LENSO

Sebuah tarian ciptaan baru yang menggambarkan orang-orang muda Minahasa, terutama dalam memilih belahan jiwa (pasangan) mereka untuk mendapatkan masa depan yang cerah.

Lihat tarian Lenso:
 www.youtube.com

MAENGKET

Tari Maengket adalah salah satu kesenian tradisional Minahasa yang memadukan dua kesenian: menari dan menyanyi. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh sekitar 20 sampai 30 orang.

Maengket terdiri dari tiga bagian. Setiap bagian mempertunjukan upacara tradisional Minahasa pada zaman dulu. Bagian pertama: Maowey Kamberu atau upacara panen. Bagian kedua: Marambak atau upacara rumah baru, dan bagian terakhir: Lalaya’an yang menjelaskan bagaimana para pemuda melamar para pemudi selama masa panen berlangsung.

Saksikan pertunjukan Maengket:
 www.youtube.com

TUMETENDEN

Tarian Tumetenden adalah sebuah tarian tradisional lokal yang berdasar pada sebuah legenda dari Minahasa. Cerita tersebut berkisah tentang cinta antara seorang pria bernama Mamanua, dan Lumalundung, seorang peri yang turun dari dunia para dewa dengan 8 peri lainnya. Mereka sering pergi ke bumi untuk mandi di Tumetenden. Mamanua, yang tinggal tidak jauh dari tempat pemandian tersebut, mencuri baju Lumalundung agar dia tidak bisa kembali ke kayangan. Mereka pun akhirnya jatuh cinta dan menikah.

Saksikan pertunjukan Tumetenden:
 www.youtube.com

MARAMBA

Hampir sama dengan Maengket, tari Maramba dipertunjukkan untuk merayakan sesuatu, seperti syukuran atas rumah baru. Biasanya orang “setengah mabuk” juga ikut berbaris bersama, menyanyikan lagu tradisional dan menari di sekitar rumah baru tersebut.

TARI PISOK

Tarian ini menceritakan tentang harmoni kehidupan orang Minahasa yang giat dan mempunyai semangat untuk saling bergotong-royong.

Saksikan pertunjukan Pisok:
 www.youtube.com

Musik Tradisional

KOLINTANG

Kolintang adalah musik tradisional dari Sulawesi Utara yang dibuat dari kayu dan biasanya dimainkan oleh enam orang.

Alat musik ini adalah salah satu musik tradisional Minahasa yang paling umum dan terkenal. Anda mungkin akan lebih banyak mendengar atau melihat musik tradisional ini dibanding musik tradisional Sulawesi Utara lainnya.

Saksikan pertunjukkan Kolintang: www.youtube.com

MUSIK BAMBU

Festival tahunan biasanya diselenggarakan di sejumlah daerah di Minahasa untuk menjaga kesenian Musik Bambu ini tetap hidup. Alat-alat musik yang dimainkan adalah: suling, saksofon, klarinet, korno, bas, drum, dll. Biasanya alat-alat musik bambu ini dimainkan oleh sebuah kelompok yang terdiri dari 45 sampai 50 orang, yang mengenakan pakaian tradisional.

Di beberapa kelompok, beberapa orang dapat memainkan beberapa jenis alat musik yang berbeda. Sekarang ini, beberapa kelompok Musik Bambu juga memainkan lagu kontemporer dan pop.
Tempat-tempat Untuk Menyaksikan Pertunjukkan Seni Budaya

Di bawah ini adalah beberapa tempat pertunjukan seni tradisional di Sulawesi Utara. Disarankan terlebih dahulu menghubungi beberapa tempat tersebut untuk mengetahui informasi terbaru mengenai jadwal pertunjukan.

TAMAN BUDAYA MANADO

Pusat Kebudayaan Manado (PKM) ini berlokasi sekitar 2 kilometer dari pusat kota Manado dan dikenal oleh warga setempat sebagai "Taman Budaya”. Pusat kebudayaan yang diresmikan pada tanggal 24 Januari 2003 ini merupakan tempat penyelenggara pertunjukan, pelatihan, pembangunan, dan pengelolaan kesenian lokal di Provinsi Sulawesi Utara.

Ruang pameran PKM memajang beberapa lukisan, kostum tari, dan alat-alat musik tradisional. Pengunjung diperbolehkan untuk memainkan beberapa alat musik tersebut.

Pusat Kebudayaan Manado memiliki beberapa grup seni yang siap untuk mempertunjukkan kebolehan mereka menampilkan kesenian lokal. Wisatawan harus memberitahu PKM lebih awal jika berminat untuk menyaksikan kebolehan grup-grup seni mereka.

Pertunjukan yang ditampilkan bisa berupa tarian tradisional, seperti Kabasaran, LensoMaengket,PisokTumetenden; dan musik tradisional, seperti Musik Bambu, klarinet bambu, Musik Kerang Laut, Kolintang, dan sebagainya.

Lokasi:Jl. Maengket, Wanea
Telepon dan Fax:0431 864489
Jam operasional:Senin-Kamis, pk. 8:00-16:00, Jumat, pk. 8:00-11:00
Biaya masuk:gratis
Fasilitas:kantin, ruang pameran, perpustakaan, aula teater dengan 500 tempat duduk, dan toilet
Tempat menarik terdekat:toko cinderamata (10 menit berjalan kaki dari Jalan B.W. Lapian, belok kiri dari gerbang masuk museum)
Cara menuju ke sana:dengan mikrolet: dari terminal Pasar 45 naik mikrolet yang menuju Teling dan minta sopir untuk menurunkan Anda di Komo Dalam (tepat di depan SMPN 1 Manado)
Keterangan:sekitar 20 menit dengan mikrolet dari Pasar 45. Sangat disayangkan, beberapa fasilitas yang tersedia tidak dalam kondisi terbaik.

Festival Bunga Internasional (sebelumnya bernama Festival Bunga Tomohon atau TFF )

Festival seperti ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 2006 dan diikuti oleh 46 perwakilan kota dari seluruh Indonesia. Seiring berjalannya waktu, acara ini pun berkembang ke tingkat internasional. Festival tahunan ini pada tahun 2015 diselenggarakan pada bulan Agustus. 








Sumber : http://www.jotravelguide.com/manado/kesenian_daerah_sulut.php

Tarian adat Kabasaran

Kabasaran adalah Tarian adat yang kebanyakan dibawakan oleh pria lengkap dengan senjata tajam berupa pedang atau tombak ini, sangat identik dengan gerakan yang meniru perkelahian ayam jantan.Menurut salah satu tokoh kebudayaan dari Minahasa, Jessy Wenas, Tarian Kabasaran adalah tarian adat untuk perang atau tarian untuk mengawal salah satu tokoh adat penting di Minahasa.
Tarian ini sebenarnya adalah tarian sakral. Tarian ini ditarikan secara turun temurun oleh generasi penari Kabasaran. Jika dalam upacara adat Minahasa, Kabasaran adalah prajurit adat yang memiliki otoritas penuh dalam jalannya sebuah upacara adat, mereka dulunya bisa membunuh atau mengusir si jahat yang mengganggu upacara
Icon

Asal Usul Tari Kabasaran

Tarian ini merupakan tarian keprajuritan tradisional Minahasa, yang diangkat dari kata; Wasal, yang berarti ayam jantan yang dipotong jenggernya agar sang ayam menjadi lebih garang dalam bertarung.
Icon

Gerakan-Gerakan Dalam Tari Kabasaran

Bentuk dasar dari tarian ini adalah sembilan jurus pedang (santi) atau sembilan jurus tombak (wengkouw) dengan langkah kuda-kuda 4/4 yang terdiri dari dua langkah ke kiri, dan dua langkah ke kanan. Tiap penari kabasaran memiliki satu senjata tajam yang merupakan warisan dari leluhurnya yang terdahulu, karena penari kabasaran adalah penari yang turun temurun.
Icon

Alat musik yang digunakan

Tarian ini diiringi oleh suara tambur dan / atau gong kecil. Alat musik pukul seperti Gong, Tambur atau Kolintang disebut “Pa ‘ Wasalen” dan para penarinya disebut Kawasalan, yang berarti menari dengan meniru gerakan dua ayam jantan yang sedang bertarung, hampir mirip dengan tarian Cakalele dari Maluku.